Pages

25 October 2008

Sebuah Impian

Selama hidup aku, aku selalu berusaha untuk mengejar suatu impian. Meski aku tahu apa yang harus aku relakan untuk pergi dari hidupku demi impian itu. Impian yang terus aku kejar untuk mendapatkan sebuah pengakuan.
Jalan yang berat untuk sebuah pengakuan. Namun, pengakuan yang akhirnya ku dapat tak membuatku bahagia. Aku malah merasakan kehampaan dalam hidupku.
Hingga akhirnya kusadari, tanpa mengejar mimpi pun aku sudah mendapat sebuah pengakuan. Pengakuan dari seseorang yang sangat berarti dalam hidupku. Pengakuan dari seseorang yang dulu harus kurelakan pergi demi impianku yang egois.
Pengakuan itulah yang kutunggu dari orang-orang. Pengakuan yang tulus tentang aku. Pengakuan yang paling berharga dalam hidupku. Dengan pengakuan darinya itu, aku gak butuh lagi pengakuan dari orang lain.
Aku sadar, yang aku butuhin cuma dia. Keberadaan dia lebih berarti di banding puluhan orang di sekitarku kini.
Keegoisanku akhirnya membawaku pada luka. Untukku dan untuknya. Sudah terlambat untuk memintanya kembali ke hidup aku lagi. Yah, semua memang sudah lewat untuk disesali. Akhirnya pun aku harus menjalani hidup dengan jalan pilihanku sendiri.
*Bolehkan sekali lagi aku datang ke hidupmu? Untuk sekedar berkata,"maaf".