Pages

01 May 2011

jenuh

Entah apa yang harus kulakulan sepanjang malam ini. Memikirkan cara untuk mengelak dari tugas besok atau terus terdiam memikirkan nasib.
Jenuh. Entahlah. Aku benar-benar jenuh dengan hidup ini. Dengan rutinitas keseharian yang begitu menyesakan.
Aku menjalani hidup seperti yang orang-orang rencanakan. Aku terus berjalan melewatinya. Tapi entah mengapa semua terasa hampa. Rasanya impianku yang sengaja kukubur rapat-rapat memaksa keluar begitu saja dan mencoba merubah hidupku.
Aku ingin berhenti sampain disini dan merubah jalan hidupku. Tapi aku takut dengan pendapat orang, aku takut kehilangan masa depanku, aku takut menyia-nyiakan waktuku, aku terlalu lemah untuk memaksakan kehendakku dan aku takut jauh dari dia.
Aku selalu bermimpi untuk pergi dari sini. Memulai hidupku yang bebas. Tapi bagaimana dengan dia, aku takut kehilangan dia, aku ingin tetap bersamanya. Walaupun jika aku memaksa menggapai impianku ini, aku yakin dia akan setuju dan membiarkanku mengejar mimpi. Tapi bukan itu masalahnya. Masalahnya akulah yang tak mau pergi dari dia. Aku benar-benar tak siap kehilangannya.
Yah aku begitu egois. Sangat egois. Bahkan aku memaksa hubungan ini disaat dia ingin meninggalkanku dan memaksanya tetap disampingku tanpa menanyakan pendapatnya.
Sudah beberapa waktu aku merasa dia berubah. Dia begitu cuek, tidak seperti dulu lagi. Bahkan tak ada waktu lagi rasanya untuk sekedar menghabiskan waktu untuk mengobrol atau berjalan-jalan tanpa tujuan, dan aku terlalu takut untuk memintanya menemaniku. Aku benar-benar takut untuk menjadi manja dan memaksakan keinginanku padanya seperti dulu, aku takut dia pergi lagi. Tadinya aku fikir dia ada di sampingku saja sudah cukup, ternyata dengan keadaan begini malah membuatku semakin tidak tenang. Aku takut mengetahui kenyataan ternyata dia sudah tidak ada perasaan lagi padaku atau ada perempuan lain di hatinya. Entahlah aku benar-benar sulit menghempas pikiran-pikiran aneh semacam itu. Aku bahkan berhenti membaca inbox hapenya karna takut ada suatu hal menyakitkan disana.
Ya aku egois, aku hanya ingin dia yang seperti dulu, dia yang perhatian, yang selalu mengucap kata manis seakan-akan hanya aku satu-satunya perempuan di dunia. Dan aku sulit menerima perubahan pada dirinya seperti sekarang. Aku bukannya cape selalu mengingatkan dia untuk memberi kabar, mengajak main duluan atau memulai percakapan terlebih dahulu di sms atai bbm, aku cuma rindu dia yang dahulu. Yah aku rindu gombalannya. Aku rindu kata-kata sayangnya, atau gambar hati norak yang dia buat.
Berkali-kali aku meyakinkan diri untuk melepaskannya tapi kata-kataku selalu tertahan. Aku benar-benar tak bisa jauh darinya, meskipun setiap waktu aku selalu merasa bersalah karna tak mendengar pendapatnya waktu itu, mungkin dia benar-benar merasa tak cocok denganku. Dan aku benar-benar manusia paling egois karna memaksakan perasaanku padanya.
Sejak saat dia memutuskan aku, aku selalu merasa bersalah. Puncaknya saat aku memaksa dia datang waktu aku ketakutan sendirian di rumah. Dia begitu cuek dan sejak saat itu dia rasanya benar-benar berubah. Apa aku harus cuek seperti dulu agar dia lebih perhatian?
Sejak itu aku sudah berusaha untuk tidak bergantung padanya dan mengurangi sifat manjaku. Tapi aku tak bisa. Apakah salah aku manja pada seseorang disaat tak ada seorang pun yang meperhatikan hidupku? Apa salah aku bergantung pada orang disaat orang memaksa aku untuk mandiri? Apa aku harus terus berpura-pura menjadi kuat?

Kotaku yang dingin
1 Mei 2011
11.21 pm
Memaksakan diri untuk berhenti menangis.
Aku kuat dan harus kuat, paling tidak di depan semua orang termasuk dia.

No comments: